Lima ratus hari lebih telah berlalu
Untaian kenangan telah terbentuk
Memori memori indah terpatri di hati
Luka yang pahit menjadi manis karena persahabatan
Sulit bagiku tuk tinggalkan semua ini
Di sisi lain, langit biru menungguku
Ku bagai berada di tanah perbatasan
Harus ke kiri atau ke kanan
Harus menetap atau pergi mengejar asa
Harus tetap duduk manis atau pergi ke hutan belantara
Tetap menikmati kopi pahit di rumah atau mencari susu melewati laut berombak
Dalam penjara suci ini aku mengetahui arti persahabatan
Mengetahui manisnya berbagi
Memahami orang dengan semua sifatnya
Kini sulit rasanya tinggalkan semua
Kemanakah ku harus pergi
Angin dingin terus berhembus Bau tanah basah yang khas tercium Suara gemericik air terdengar di malam yang damai hujan terus menetes Membentuk genangan kenangan Dan membanjiri memori Waktupun berjalan mundur Hati berdebar sangat kencang, Hanya bisa menatap rintik hujan Ujung bibir terus tertarik, Dengan genggaman hangat tanganmu Tak ada suara, Namun hujan tahu kita bahagia Waktu terus berjalan mundur Di bawah terik matahari aku berjalan Dengan suasana hati tak menentu Kau datang bersama dengan turunnya hujan Mengikuti langkahku sambil terus mengoceh Membuatku lupa dengan masalahku Waktu masih berjalan mundur Aku menatap rintik hujan yang tak kunjung berhenti Merutuki langit yang tak sejalan dengan keinginanku Kau datang dengan nasehatmu Tentang indahnya hujan Waktu yang telah ditarik ke belakang, Dilempar dengan keras ke depan Saat melihat darah bercampur dengan genangan hujan, Juga air mata Kini, rintik rindu menetes dari pelupuk mata Untukmu yang sempat h...
Komentar
Posting Komentar